Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 17 Juni 2013, 07:27 WIB

KOMPAS.com - Membaca buku terbaru dari Okky Madasari ini seperti menelusuri kisah hidup orang-orang yang terjebak dalam diri mereka sendiri. Yang pria membenci dunia macho yang sudah terbentuk di sekitarnya, sementara yang wanita menolak untuk selalu menerima. Pasung Jiwa lalu seperti cermin yang memantulkan wajah kita sendiri.

Ada empat tokoh utama dalam novel ini; Sasana, Jaka Wani, Elis, dan Kalina. Keempatnya punya pertalian dan benang merah yang saling mempertemukan.

Cerita dibuka dengan Sasana dari masa kecilnya, remaja, hingga dewasa. Bagaimana ia terbentuk menjadi sosok yang sudah merasa terperangkap karena terlahir sebagai laki-laki. Dipaksa bermain piano dan musik klasik, sementara ia jatuh cinta dengan musik dangdut. Diperas dan dikeroyok sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

“Seluruh hidupku adalah perangkap. Tubuh adalah perangkap pertamaku. Lalu orangtua, dan semua orang yang kukenal. Kemudian segala hal yang kuketahui serta segala sesuatu yang kulakukan.” Sasana (hal 9).

Lompat ke masa kuliah, Sasana menemukan dirinya sendiri dengan melahirkan sosok Sasa. Memakai daster, berbedak, dan bergincu, bebas menyanyikan lagu dangdut yang ia suka. Tapi itu tak berlangsung lama hingga ia dan Jaka Wani yang menjadi temannya mengamen ditangkap polisi.

Jaka Wani, sosok lain yang terjebak dalam kemiskinan. Menjadi buruh pabrik yang hidup teratur dari Senin sampai Jumat, bekerja dari pagi sampai sore dengan upah yang hanya Rp 90.000 seminggu. Hidup seperti robot, sementara keinginan terdalamnya sebagai seniman tertimbun dalam-dalam. Perjalanan dengan Sasa berakhir, dan mempertemukannya dengan Elis, lalu Kalina.

Elis adalah sosok pelacur yang melayani para buruh pabrik dengan bayaran rendah. Menjadi pelacur katanya bukan karena paksaan, melainkan suatu pilihan, daripada hidup dengan suami yang bajingan. Jika orang pintar bekerja dengan otaknya, dan buruh bekerja dengan tenaganya, maka ia memilih bekerja dengan organ kewanitaan yang ia punya.

Sementara Kalina, ditemukan Jaka Wani ketika sedang berontak dan meronta di hadapan buruh pabrik. Ia protes dipecat karena ia hamil, sementara yang menghamilinya adalah mandor sendiri. Nasibnya hampir sama dengan buruh perempuan lain yang dipaksa melayani permintaan para mandor tanpa bisa mengelak.

Menyoal keberanian
Di antara persoalan konflik batin dan personal yang diusung masing-masing karakter, Okky menyelipkan sedikit tentang nasib buruh perempuan Marsinah yang karena keberaniannya lalu hilang tanpa tahu kelanjutan nasibnya.

Sosok Sasana, Jaka Wani, Elis, dan Kalina lalu juga dihadapkan pada perangkap di luar diri mereka seperti agama, aturan, dan pandangan masyarakat. Sasana tidak bisa menjadi dirinya sendiri, karena laki-laki haruslah jadi laki-laki, tak boleh tidak. Jaka Wani sebagai buruh mesti manut saja pada apa pun yang sudah digariskan, walau tertindas. Elis mesti menerima nasib sebagai perempuan yang tidak punya hak atas tubuhnya, lalu Kalina tak bisa memperjuangkan nasibnya karena keterbatasan yang ada.

Novel ini, seperti tiga novel Okky sebelumnya, sangat kental dengan nuansa protes dan memberi suara pada mereka yang selama ini tidak pernah terdengar. Protes terhadap polisi yang dengan gamblang digambarkan sebagai pelaku kekerasan dan sekaligus dalang di balik kekerasan yang timbul.

Lewat keempat tokohnya, Okky menyiratkan keberanian untuk menguak rasa takut. Melawan, itulah kata-kata yang tepat. Tapi sejauh-jauhnya mereka melawan dari diri sendiri dan juga apa yang ada di sekitar, lagi-lagi mereka terperangkap. Mereka tak sepenuhnya bebas. Atau memang sebenarnya tidak ada kebebasan yang mutlak?

Jika dibawa ke kehidupan nyata, maka keempat sosok ini sebenarnya ada. Karena itu juga novel ini terasa dekat tanpa fantasi dan tanpa bumbu fiksi yang kental. Semua terasa dekat. Tak usah jauh-jauh, di sekeliling kita mereka ada, bahkan sebenarnya ada kita di dalamnya. Jika kita bukan mereka, berarti kita orang yang diam menyaksikan nasib mereka.

Okky seperti membuka mata dan hati pembacanya dengan lebar. Mencoba memahami nasib orang-orang yang selama ini ada tapi tidak terdengar. Mencoba memahami bahwa pemimpin atau mereka yang mengatasnamakan aparat belum tentu benar. Setiap kita mestinya berani menguak rasa takut. Kira-kira begitulah maksud novel Pasung Jiwa.

Judul: Pasung Jiwa
Penulis: Okky Madasari
Tebal: 328 halaman
Terbit: Mei 2013
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau